Sunday, July 10, 2005

Fastabiqul Khairat

Sejak mula mendakwahkan Islam di kota Mekkah, Rasulullah SAW mengikat simpul persaudaraan antar sesama muslim- yaitu mereka yang sedari awal mengikuti ajaran beliau (asabiqunal awwalun). Pada intinya beliau mengajarkan kepada umatnya, baik yang akhir maupun terdahulu untuk selalu menjaga hablumminallah dan hablumminannaas. Media penyeimbang bagi hubungan vertikal (kepada Rabb) dan horisontal (kepada sesama manusia) tersebut adalah ibadah. Ibadah terdiri dari ibadah mahdhah dan ghair mahdhah. Ibadah mahdhah berhubungan dengan setiap peribadatan langsung kepada Allah, tanpa perantara apapun. Contoh ibadah mahdhah adalah shalat, shaum, umrah dan haji. Sedangkan ibadah ghair mahdhah berkaitan dengan setiap peribadatan yang melibatkan sesama manusia dalam gerak aktivitasnya. Termasuk dalam ibadah mahdhah diantaranya adalah zakat, sedekah, amal jariyyah, wakaf, muamalat, serta berbuat baik terhadap sesama.

Perbuatan baik dekat dengan ketaatan. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwasanya : "Taat itu hanyalah pada yang baik" (Al Jamius Shahih, Bukhari-Muslim). Dengan demikian, setiap ketaatan terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW kelak akan membuahkan kebaikan besar, dan setiap kebaikan yang diupayakan senantiasa membawa kita untuk lebih dekat pada ketaatan. Perbuatan baikpun merupakan salah satu bai'at (janji) sahabat kepada Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari 'Ubadah bin Ash-Shamit r.a., bahwasanya Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sebuah halaqah bersama sahabat-sahabatnya : "Berikan bai'at kalian kepadaku untuk tidak mempersekutukan Allah, tidak mencuri, tidak melakukan zina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak memfitnah atau berdusta, dan tidak meninggalkan perintah untuk melakukan perbuatan ma'ruf (baik)." Sebelum mengambil bai'at dari para sahabatnya, Rasulullah SAW kemudian berkata lagi : "Siapapun yang memenuhi janjinya, Allah 'Azza wa 'Jalla akan memberinya pahala dan siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan (dosa) ini (misalnya : malah mempersekutukan Allah, mencuri, berzina, dst...), lalu ia memperoleh hukumannya di dunia ini, maka hal itu merupakan penghapus baginya. Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan ini dan Allah 'Azza wa 'Jalla menutupi (perbuatan dosanya), terserah kepada-Nya untuk menghukumnya atau memaafkannya di hari kiamat kelak." (H.R. Bukhari).

Mengenai perintah berbuat baik atau melakukan kebajikan, selain disabdakan oleh Rasulullah SAW, kita bisa membuka Al-Qur'an surat An Nahl ayat 90. Dalam surat An-Nahl ayat 90 tersebut Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi pada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." Lalu kepada siapa kita diperintahkan berbuat baik ? Allah SWT memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu." Perintah itu termaktub dalam Al-Qur'an surat An Nisaa' ayat 36.

Orang yang berbuat baik terhadap orangtuanya kelak menjadi orang yang paling baik di sisi Allah SWT, dan juga akan dipanjangkan umurnya dalam kebaikan. Hendaknya seorang muslim bisa meluangkan waktu untuk sekedar menengok orangtua, bahkan jikalau mampu membantu hari tuanya dengan sokongan materi. Paling utama adalah memperlakukan mereka dengan lemah lembut. Orang yang tidak suka bersikap lembut terhadap orangtuanya ditunggu Allah SWT dalam kemurkaan-Nya yang besar. Rasulullah SAW sendiri menjelaskan : "Barangsiapa yang merelakan diri terhadap kedua orangtuanya berarti ia rela (suka) kepada Allah, dan barangsiapa yang memarahi kedua orangtuanya maka ia seperti memarahi Allah."(H.R. Bukhari). Disamping perbuatan baik yang dilakukan secara langsung dalam porsi hubungan anak dan orangtua, memanjangkan tali silaturrahim yang telah dijajagi sebelumnya oleh sang ayah merupakan kemuliaan di sisi Allah dan Rasul-Nya. "Sesungguhnya kebaikan yang terbaik yaitu orang yang mau bersilaturrahim (mengunjungi) orang yang disenangi ayahnya (orangtuanya) sesudah ayahnya itu tiada." (H.R. Bukhari-Muslim).

Terhadap kaum-kerabat (famili ataupun rekan) seorang muslim diperintahkan pula untuk berbuat baik. Ganjaran bagi orang yang kerap bersilaturrahim kepada kaum-kerabatnya adalah surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dirawikan oleh Imam Bukhari dari Abu Ayub Khalid bin Zaid Al Anshari r.a. Kepada Abu Dzar Al-Ghifari r.a. Rasulullah SAW-pun pernah memberi nasihat : "Hai Abu Dzar, jika engkau membuat kuah daging maka perbanyaklah airnya dan janjikanlah untuk diberikan pada tetanggamu." (H.R. Muslim). Jika berbuat baik kepada kaum-kerabat dan tetangga diganjari surga, maka melakukan perbuatan tercela terhadap kaum-kerabat atau tetangga, bisa berarti sebuah 'pas jalan' untuk masuk neraka. "Seseorang tidak akan dapat memasuki surga bagi siapa yang tidak merasa aman tetangganya oleh kejahatannya."(Al Jamiush Shahih, Bukhari-Muslim). Seseorang yang paling jahat dicirikan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang dijauhi oleh orang lain karena kejahatannya. Pada hari kiamat kelak manusia dengan ciri demikianlah yang akan menerima siksa pedih, sebab besarnya murka Allah kepadanya.

Berkenaan dengan kewajiban berbuat baik terhadap sesama muslim, tanpa memandang garis keturunan dan hierarki apapun, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwasanya terdapat enam kewajiban bagi seorang muslim terhadap orang muslim lainnya. Keenam kewajiban yang dinasehatkan kepada kita tersebut adalah :

1. Jika engkau berjumpa dengan seorang muslim maka ucapkanlah salam.

2. Jika dia mengundangmu maka datangilah.

3. Jika dia meminta nasehat maka berilah nasehat.

4. Jika bersin lalu dia membaca "alhamdulillah" maka ucapkanlah doa (yarhamukallah).

5. Jika dia sakit jenguklah.

6. Jika dia meninggal maka antarkanlah jenazahnya. (H.R. Bukhari)

Perbuatan baik membutuhkan niat yang ikhlas dan tekad yang kuat. Karena ganjarannya adalah keridhaan Allah SWT dan cinta dari Rasul-Nya, setan pasti mengerahkan upaya sekuat tenaga untuk merusak akhlak kita terhadap orangtua, memutuskan silaturrahim dengan kaum kerabat dan tetangga, sampai kelak nama kita terhapus dari catatan penghuni surga. Melalui firman-Nya dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 148, Allah SWT menyemangati umat muslim agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Minimal dengan mengetahui enam kewajiban kita terhadap sesama ikhwah yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW, dengan berpegang teguh pada perintah dan janji Allah yang termaktub dalam ayat-ayat Al Qur'an tentang keutamaan berbuat baik, semoga kita bisa istiqamah menjaga akhlak dan perbuatan kita. "Allahummarhamni bitarkil ma'aashii abadan maa abqaitanii, warhamnii an atakallafa maa laa ya'niinii, warzuqnii husnan nazhari fiimaa yurdhiika 'anni." Semoga Allah SWT senantiasa menghindarkan kita dari dosa, dan hati kita selalu dicahayai oleh hikmah kebaikan.

No comments: